A. Pengertian Model
Pembelajaran
Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial (Trianto,2007:5).
Sedangkan menurut Suprijono (2010:46) menyatakan bahwa model pembelajaran dapat
difenisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Selain itu, Anurrahman (2009:146) mengutarakan pendapat bahwa model
pembelajaran merupakan suatu perangkat rencana atau pola yang dapat
dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pelajaran serta membimbing aktivitas
pembelajaran di kelas.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perangkat rencana
atau kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang
bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas di kelas atau pembelajaran dalam tutorial guna
mencapai tujuan belajar.
Dalam menggunakan atau
menerapkan suatu model pembelajaran dalam penyampaian materi terdapat suatu
keunggulan dari penggunaan model pembelajaran tersebut bilamana seorang guru
mampu mengadapatasikan atau mengkombinasikan beberapa model sehingga menjadi
lebih serasi dalam mencapai hasil belajar siswa yang lebih baik (Anurrahaman ,
2009:146).
Dari penjelasan di atas, maka dalam penggunaan model pembelajaran yang
tepat dalam memberikan materi pada siswa mampu merangsang timbulnya rasa senang
siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi bahkan
keaktifan siswa dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi.
B. Ciri-Ciri dan Fungsi Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2007:6) model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau
prosedur. Model pembelajaran atau pengajaran mempunyai empat cri khsusus yang
tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Rasional teoretik
logis yang dissusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b.
Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai).
c. Tingkah laku
mengajar yag diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
d.
Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (Kardi dan Nur,
dalam Trianto, 2007:6)
Dari uraian tersebut, maka
menurut Suprijono (2010:49) menyebutkan bahwa model pembelajarang berfungsi
untuk membantu perserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara
berpikir dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagai para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar.
C. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran
Menurut Isjoni dalam Rosmawaty
(2010:7) menyatakan bahwa dalam
prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan berhasil jika memenuhi
prinsip-prinsip, yaitu sebagai berikut.
a.
Semakin
kecil upaya yang dilakukan oleh guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa.
b.
Semakin
sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar.
c.
Sesuai
dengan cara belajar siswa yang dilakukan.
d.
Dapat
dilaksanakan dengan baik oleh guru.
e., Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis
materi, dan proses belajar yang ada .
Berdasarkan
prinsip yang dikemukan oleh para ahli terlihat bahwa suatu model pembelajaran
seorang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip tersebut sehingga model
pembelajaran yang akan digunakan bisa dikatakan berhasil digunakan dalam proses
belajar mengajar.
D. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Berikut
model pembelajaran yang sering oleh seorang guru dalam suatu proses
pembelajaran untuk menyampaikan materi pada siswa, yaitu sebagai
berikut.
a. Mind
Mapping
Mind mapping (peta
pikiran) adalah suatu cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil informasi ke luar otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan
efektif (Suyatno, 2009:99). Selain itu, mind mapping adalah suatu cara memetakan sebuah
informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan
berbagai imajinasi kreatif (Sulistiyaningsih, 2010). Menurut Indriyani
(2010) mind mapping merupakan suatu strategi pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan dengan menggambarkan hal-hal
yang bersifat umum kemudian baru ke hal-hal yang bersifat khusus dalam sebuah
peta.
Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak
yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan
otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna,
simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang
diterima.
Berdasarkan beberapa
pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mind mapping merupakan
suatu strategi pembelajaran untuk menempatkan atau memetakan sebuah informasi
yang bertujuan mengembangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan.
Menurut Suyatno (2009:99) menjelaskan bahwa manfaat
peta pikiran (mind mappin), yaitu a) memberikan pandangan menyeluruh
pokok masalah atau area yang luas, b) memungkin kita merencanakan rute atau
membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan dimana kita
berada, c) mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat, d) mendorong
pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif
baru, dan f) merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, dibaca, serta
direnungkan dan ingat
Selanjutnya
Suyatno (2009:100) menyebutkan manfaat peta pikiran memberikan manfaat bagi
anak-anak, antara lain (a) membantu dalam mengingat, (b) mendapatkan ide, (c)
menghemat waktu, (d) berkosentrasi, (e) mendapatkan nilai uang lebih bagus, (f)
mengatur pikiran dan hobi, (g) media bermain, (h) bersenang-senang dalam
menuangkan imajinasi yang tentunya memunculkan kreativitas. Selain itu
menurut Buzan dalam Kurniawati (2010) model pembelajaran mind mapping dapat
bermanfaat untuk: 1) Merangsang
bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis, 2) Membebaskan diri dari seluruh jeratan
aturan ketika mengawali belajar, 3) Membantu
seseorang mengalirkan diri tanpa hambatan, 4) Membuat rencana
atau kerangka cerit, 5) Mengembangkan
sebuah ide, 6) Membuat
perencanaan sasaran pribadi, 7) Memulai usaha
baru, 8) Meringkas isi
sebuah buku, 9) Fleksibel, 10) Dapat memusatkan
perhatian, 11) Meningkatkan
pemahaman dan 12) Menyenangkan dan
mudah diingat.
Manfaat peta pikiran juga
dikemukakan dalam http://herdy07.wordpress.com
diakses tanggal 13 Febuari 2011 terdapat beberapa manfaat memiliki mind mapping antara lain : (1) merencana; (2)
berkomunikasi; (3) menjadi kreatif; (4) menghemat waktu; (5) menyelesaikan
masalah; (6) memusatkan perhatian; (7)
menyusun dan menjelaskan fikiran – fikiran; (8) mengingat dengan lebih baik;
(9) belajar lebih cepat dan efisien; dan (10) melihat gambar keseluruhan.
Menurut Ahmadi (2009:182) menyatakan bahwa mind mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa untuk menentukan alternatif jawaban dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. .Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan
ditanggapi oleh siswa/sebaliknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif
jawaban hasil diskusi.
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca
hasil diskusinya dan guru mencatat di papan tulis dan mengelompokkan sesuatu
kebutuhan guru.
f. Dari data-data di papan
siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai dengan
konsep yang disediakan oleh guru.
Selain itu, http://wyw1d.wordpress.com diakses tanggal 13 Februari 2011 menjelaskan bahwa model pembelajaran mind mapping sangat
baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan
alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan
(2 orang) dengan langkah-langkah pembelajarannya.
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
c) Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok
berpasangan dua orang.
d) Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya.
e) Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan
hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
f)
Guru
mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
g)
Kesimpulan/penutup.
Suyatno
(2009:94) menyatakan bahwa untuk mengajak anak (siswa) membuat peta
pikiran diperlukan beberapa hal, yaitu kertas kosong bergaris, pena atau
spidol berwarna, otak dan imajinasi. Tujuh lagkah dalam membuat peta
pikiran: (a) mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi
panjangnya diletakkan mendatar, (b) gunakan gambar atau foto untuk ide
sentral, karena gambar melambangkan topik utama, (c) gunakan warna,
karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar sehingga peta
pikiran lebih hidup, (d) hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke
tingkat satu dan dua, dan seterusnya, (e) buatlah garis hubung yang
melengkung, (f) gunakan satu kata kunci untuk setiap cabang atau garis,
dan (g) gunakan gambar, karena setiap gambar bermakna seribu kata. Dalam membuat Mind Mapping juga diperlukan keberanian dan kreativitas yang tinggi. Variasi dengan huruf capital, warna, garis bawah atau simbol-simbol yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan mind mapping yang telah dibuat akan lebih mengesankan. Membuat Mind Mapping yang terdapat didalam (http://astutimin.wordpress.com diakses tanggal 13 Februari 2011 ) Tony Buzan telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar mind mapping yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut
(a) Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran
A3 dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topic diletakkan ditengah-tengah kertas
dan sedapat mungkin berupa Image dengan minimal 3 warna.
(b)
Garis: lebih
tebal untuk bois dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin
tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang
kata atau
image yang ada di
atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
(c)
Kata: menggunakan
kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan
huruf cetak supaya lebih jelas
dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari
pusat.
(d) Image: gunakan
sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table dan ritme karena lebih
menarik serta mudah untuk diingat dan
dipahami. Kalau memungkinkan gunakan Image yang 3 dimensi agar lebih menarik
lagi.
(e) Warna: gunakan
minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna. Warna berbeda untuk setiap bois dan
warna cabang harus mengikuti
warna bois.
(f) Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topic terletak di
tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabangcabangnya menyebar ke segala arah.
bois umumnya terdiri dari 2– 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam
dimulai dari arah jam 1.
a. Dapat
mengemukakan pendapat secara bebas.
b. Dapat bekerjasama
dengan teman lainnya
c. Catatan lebih
padat dan jelas
d. Lebih mudah
mencari catatan jika diperlukan.
e. Catatan lebih
terfokus pada inti materi
f.
Mudah melihat gambaran keseluruhan
g. Membantu Otak
untuk: mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat hubungan
h. Memudahkan
penambahan informasi baru
i.
Pengkajian ulang bisa lebih cepat
j.
Setiap peta bersifat unik
Selain
mempunyai kelebihan mind mapping juga memiliki kelemahan atau
kekurangan, yaitu sebagai berikut.
a) Hanya siswa yang
aktif yang terlibat.
b) Tidak sepenuhnya
murid yang belajar
c)
Mind map siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan
memeriksa mind map siswa.
b, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball
Throwing
“Model snowball throwing merupakan
suatu cara untuk melatih siswa agar lebih tanggap menerima pesan dari orang
lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.
Pertanyaan atau pesan tersebut ditulis dengan menggunakan kertas berisi
pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan
kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab
pertanyaannya”
Menurut Pendidikan dan Latihan Propesi Guru (PLPG,
2008:22) mengemukakan bahwa snowball throwing dapat diartikan
suatu gumpalan kertas yang tertulis pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan pada
siswa lainnya dengan tujuan untuk terjadi tanya jawab terhadap masing-masing
kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa snowball throwing merupakan suatu cara untuk melatih siswa agar lebih
tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada
temannya dalam satu kelompok. Pertanyaan tersebut dilemparkan dengan
menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas
lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain, dengan kata lain bola tersebut
dikenal dengan bola salju sehingga terjadinya tanya jawab antara siswa.
Pendidikan dan Latihan Propesi Guru
(PLPG, 2008:22) menyatakan bahwa dalam terlaksananya proses belajar mengajar
dengan menggunakan snowball throwing seharusnya guru memperhatikan
langkah-langkah yang harus dilakukan. Berikut adalah langkah-langkah
pembelajaran snowball throwing tersebut sebagai berikut:
1)
Guru menyampaikan
materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk
kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi,
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya,
4)
Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
5) Kertas tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit.
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada
siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk
bola tersebut secara bergiliran.
7)
Peserta didik
memberikan kesimpulan.
8)
Evaluasi dan penutup.